Sabtu, 13 Desember 2008

Acute Respiratory Distress Syndrome (ADRS)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Acute Respiratory Distress Syndrome (ADRS) merupakan kerusakan paru total akibat berbagai etiologi.Keadaan ini dapat dipicu oleh berbagai hal, misalnya sepsis, pneumonia viral atau bakterial, aspirasi isi lambung, trauma dada, syok yang berkepanjangan, terbakar, emboli lemak, tenggelam, transfusi darah masif , bypass kardiopulmonal, keracunan O2, perdarahan pankreatitis akut, inhalasi gas beracun, serta konsumsi obat-obatan tertentu. "ADRS merupakan keadaan darurat medis yang dipicu oleh berbagai proses akut yang berhubungan langsung ataupun tidak langsung dengan kerusakan paru.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah membaca makalah ini diharapkan pemahaman pembaca megenai Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) akan meningkat.

b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi ARDS
2. Mengetahui etiologi ARDS
3. Mengetahui manifestasi klinis dari ARDS
4. Mengetahui patofisiologi dari ARDS
5. Mengetahui pathway dari ARDS
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang ARDS
7. Mengetahui komplikasi ARDS
8. Mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan dari ARDS
9. Mengetahui pengkajian keperawatan pada pasien ARDS
10. Mengetahui diagnosa keperawatan dari ARDS
11. Mengetahui rencana perawatan pada pasien ARDS

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Acute Respiratory Distress Syndrome (ADRS) adalah kondisi kedaruratan paru yang tiba-tiba dan bentuk kegagalan nafas berat, biasanya terjadi pada orang yang sebelumnya sehat yang telah terpajan pada berbagai penyebab pulmonal atau non-pulmonal.
B. Etiologi
Menurut Hudak & Gallo ( 1997 ), gangguan yang dapat mencetuskan terjadinya ARDS adalah ;
1. Sistemik :
> Syok karena beberapa penyebab
> Sepsis gram negative
> Hipotermia
> Hipertermia
> Takar lajak obat ( Narkotik, Salisilat, Trisiklik, Paraquat, Metadone, Bleomisin )
> Gangguan hematology ( DIC, Transfusi massif, Bypass kardiopulmonal )
> Eklampsia
> Luka bakar

2. Pulmonal :
> Pneumonia ( Viral, bakteri, jamur, penumosistik karinii )
> Trauma ( emboli lemak, kontusio paru )
> Aspirasi ( cairan gaster, tenggelam, cairan hidrokarbon )
> Pneumositis
3. Non-Pulmonal :
> Cedera kepala
> Peningkatan TIK
> Pascakardioversi
> Pankreatitis
> Uremia

C. Manifestasi Klinis
Gejala klinis utama pada kasus ARDS adalah :
> Penurunan kesadaran mental
> Takikardi, takipnea
> Dispnea dengan kesulitan bernafas
> Terdapat retraksi interkosta
> Sianosis
> Hipoksemia
> Auskultasi paru : ronkhi basah, krekels, stridor, wheezing
> Auskultasi jantung : BJ normal tanpa murmur atau gallop

D. Patofisiologi
Secara pathofisiologi terjadinya ARDS dapat dijelaskan sebagai berikut :
Kerusakan sistemik menyebabkan penurunan perfusi jaringan sehingga terjadi Hipoksia seluler dan terjadi Pelepasan faktor-faktor biokimia( enzim lisosom, vasoaktif, system komplemen, asam metabolic, kolagen, histamine ) yang menyebabkan Peningkatan permiabilitas kapiler paru yang berakibat terhadap Penurunan aktivitas surfaktan sehingga terjadi Edema interstisial alveolar paru dan menyebabkan Kolaps alveolar yang progresif sehingga compliance paru menurun (Stiff lung) dan meningkatkan shunting sehingga terjadi Hipoksia arterial.
Pergerakan cairan paru pada kasus ARDS :
> Terjadi peregangan / deposisi dari mebran hialin
> Intraalveolar Epithelial junction melebar
> Terjadi edema interstisial, cairan intravascular keluar, protein keluar masuk ke dalam alveoli
> Endotel kapiler paru pecah
> Eritrosit keluar dari intavaskuler masuk kedalam paru menyebabkan fenomena frozzy sputum

E. Pathway
Kerusakan sistemik--> Penurunan perfusi jaringan --> Hipoksia seluler --> Pelepasan faktor-faktor biokimia ( enzim lisosom, vasoaktif, system komplemen, asam metabolic, kolagen, histamine ) --> Peningkatan permiabilitas kapiler paru --> Penurunan aktivitas surfaktan --> Edema interstisial alveolar paru --> Kolaps alveolar yang progresif --> Penurunan compliance paru (Stiff lung) --> Peningkatan shunting --> Hipoksia arterial


F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan hasil Analisa Gas Darah :
> HIPOKSEMIA ( Peningkatan PAO2 )
> Hipokapnia ( peningkatan PCO2 ) pada tahap awal karena hiperventilasi
> Hiperkapnia ( penurunan PCO2 ) menunjukkan gagal ventilasi
> Alkalosis respiratori ( pH > 7,45 ) pada tahap dini
> Asidosis respiratori / metabolik terjadi pada tahap lanjut
Pemeriksaan Rontgent Dada :
> Tahap awal ; sedikit normal, infiltrasi pada perihilir paru
> Tahap lanjut ; Interstisial bilateral difus pada paru, infiltrate di alveoli
Tes Fungsi paru :
> Penurunan komplain paru dan volume paru
> Pirau kanan-kiri meningkat
G. Komplikasi
Menurut Hudak & Gallo ( 1997 ), komplikasi yang dapat terjadi pada ARDS adalah :
> Abnormalitas obstruktif terbatas ( keterbatasan aliran udara )
> Defek difusi sedang
> Hipoksemia selama latihan
> Toksisitas oksigen
> Sepsis
H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
> Pasang jalan nafas yang adekuat * Pencegahan infeksi
> Ventilasi Mekanik * Dukungan nutrisi
> TEAP * Monitor system terhadap respon
> Pemantauan oksigenasi arteri * Perawatan kondisi dasar
> Cairan
> Farmakologi ( O2, Diuretik, A.B )
> Pemeliharaan jalan nafas

I. Pengkajian keperawatan
> Karakteristik dari suara nafas
> Karakteristik dari batuk
> Kemampuan batuk
> Status pernafasan
> Adanya cyanosis
> Vital signs
> Perubahan kesadaran, turgor kulit, kelembaban membran mukosa dan karakter sputum
> Peningkatan pernafasan, agitasi, kegelisahan dan kestabilan emosi.
J. Diagnosa Keperawatan
Prioritas masalah keperawatan pada klien dengan ARDS menurut Doenges (2001) adalah sebagai berikut :
1. Ketidak efektifan jalan nafas
2. Gangguan pertukaran gas
3. Resiko tinggi defisit volume cairan
4. Cemas
5. Defisit pengetahuan , mengenai kondisi , terapi yang dibutuhkan

K. Rencana perawatan
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas ditandai dengan : dispneu, perubahan pola nafas, penggunaan otot pernafasan, batuk dengan atau tanpa sputum, cyanosis.
2. Tujuan :
> Pasien dapat mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih dan ronchi (-)
> Pasien bebas dari dispneu
> Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan
> Memperlihatkan tingkah laku mempertahankan jalan nafas
Tindakan :
> Independen
- Catat perubahan dalam bernafas dan pola nafasnya. Penggunaan otot-otot interkostal/abdominal/leher dapat meningkatkan usaha dalam bernafas
- Observasi dari penurunan pengembangan dada dan peningkatan fremitus. Pengembangan dada dapat menjadi batas dari akumulasi cairan dan adanya cairan dapat meningkatkan fremitus
- Catat karakteristik dari suara nafas. Suara nafas terjadi karena adanya aliran udara melewati batang tracheo branchial dan juga karena adanya cairan, mukus atau sumbatan lain dari saluran nafas
- Catat karakteristik dari batuk. Karakteristik batuk dapat merubah ketergantungan pada penyebab dan etiologi dari jalan nafas. Adanya sputum dapat dalam jumlah yang banyak, tebal dan purulent
- Pertahankan posisi tubuh/posisi kepala dan gunakan jalan nafas tambahan bila perlu. Pemeliharaan jalan nafas bagian nafas dengan paten
- Kaji kemampuan batuk, latihan nafas dalam, perubahan posisi dan lakukan suction bila ada indikasi. Penimbunan sekret mengganggu ventilasi dan predisposisi perkembangan atelektasis dan infeksi paru
- Peningkatan oral intake jika memungkinkan. Peningkatan cairan per oral dapat mengencerkan sputum
> Kolaboratif
- Berikan oksigen, cairan IV ; tempatkan di kamar humidifier sesuai indikasi.mengeluarkan sekret dan meningkatkan transport oksigen. Berikan therapi aerosol, ultrasonik nabulasasi. Dapat berfungsi sebagai bronchodilatasi dan mengeluarkan secret
- Berikan fisiotherapi dada misalnya : postural drainase, perkusi dada/vibrasi jika ada indikasi. Meningkatkan drainase sekret paru, peningkatan efisiensi penggunaan otot-otot pernafasan
- Berikan bronchodilator misalnya : aminofilin, albuteal dan mukolitik
Diberikan untuk mengurangi bronchospasme, menurunkan viskositas sekret dan meningkatkan ventilasi

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi, penumpukan cairan di permukaan alveoli, hilangnya surfaktan pada permukaan alveoli ditandai dengan : takipneu, penggunaan otot-otot bantu pernafasan, cyanosis, perubahan ABGs, dan A-a Gradient.
Tujuan :
> Pasien dapat memperlihatkan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat dengan nilai ABGs normal
> Bebas dari gejala distress pernafasan
Tindakan :
> Independen
- Kaji status pernafasan, catat peningkatan respirasi atau perubahan pola nafas. Takipneu adalah mekanisme kompensasi untuk hipoksemia dan peningkatan usaha nafas
- Catat ada tidaknya suara nafas dan adanya bunyi nafas tambahan seperti crakles, dan wheezing. Suara nafas mungkin tidak sama atau tidak ada ditemukan. Crakles terjadi karena peningkatan cairan di permukaan jaringan yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas membran alveoli - kapiler. Wheezing terjadi karena bronchokontriksi atau adanya mukus pada jalan nafas
- Kaji adanya cyanosis. Selalu berarti bila diberikan oksigen (desaturasi 5 gr dari Hb) sebelum cyanosis muncul. Tanda cyanosis dapat dinilai pada mulut, bibir yang indikasi adanya hipoksemia sistemik, cyanosis perifer seperti pada kuku dan ekstremitas adalah vasokontriksi.
- Observasi adanya somnolen, confusion, apatis, dan ketidakmampuan beristirahat. Hipoksemia dapat menyebabkan iritabilitas dari miokardium
- Berikan istirahat yang cukup dan nyaman. Menyimpan tenaga pasien, mengurangi penggunaan oksigen
> Kolaboratif
- Berikan humidifier oksigen dengan masker CPAP jika ada indikasi
Memaksimalkan pertukaran oksigen secara terus menerus dengan tekanan yang sesuai
- Berikan pencegahan IPPB. Peningkatan ekspansi paru meningkatkan oksigenasi
- Review X-ray dada, memperlihatkan kongesti paru yang progresif
- Berikan obat-obat jika ada indikasi seperti steroids, antibiotik, bronchodilator dan ekspektorant untuk mencegah ARDS

4. Resiko tinggi defisit volume cairan
Faktor resiko : penggunaan deuritik, keluaran cairan kompartemental
Tujuan :
> pasien dapat menunjukkan keadaan volume cairan normal dengan tanda tekanan darah, berat badan, urine output pada batas normal.
Tindakan :
> Independen
- Monitor vital signs seperti tekanan darah, heart rate, denyut nadi (jumlah dan volume). Berkurangnya volume/keluarnya cairan dapat meningkatkan heart rate, menurunkan tekanan darah, dan volume denyut nadi menurun.
- Amati perubahan kesadaran, turgor kulit, kelembaban membran mukosa dan karakter sputum. Penurunan cardiac output mempengaruhi perfusi/fungsi cerebral. Deficit cairan dapat diidentifikasi dengan penurunan turgor kulit, membran mukosa kering, sekret kental.
- Hitung intake, output dan balance cairan. Amati "insesible loss"
Memberikan informasi tentang status cairan. Keseimbangan cairan negatif merupakan indikasi terjadinya deficit cairan.
- Timbang berat badan setiap hari. Perubahan yang drastis merupakan tanda penurunan total body water
> Kolaboratif
- Berikan cairan IV dengan observasi ketat
Mempertahankan/memperbaiki volume sirkulasi dan tekanan osmotik. Meskipun cairan mengalami deficit, pemberian cairan IV dapat meningkatkan kongesti paru yang dapat merusak fungsi respirasi.
- Monitor/berikan penggantian elektrolit sesuai indikasi
Elektrolit khususnya pottasium dan sodium dapat berkurang sebagai efek therapi deuritik.
5. Cemas/takut berhubungan dengan krisis situasi, pengobatan , perubahan status kesehatan, takut mati, faktor fisiologi (efek hipoksemia) ditandai oleh mengekspresikan masalah yang sedang dialami, tensi meningkat, dan merasa tidak berdaya, ketakutan, gelisah.
Tujuan :
- Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemasnya secara verbal
- Mengakui dan mau mendiskusikan ketakutannya, rileks dan rasa cemasnya mulai berkurang
- Mampu menanggulangi, mampu menggunakan sumber-sumber pendukung untuk memecahkan masalah yang dialaminya.
Tindakan :
> Independen :
- Observasi peningkatan pernafasan, agitasi, kegelisahan dan kestabilan emosi. Hipoksemia dapat menyebabkan kecemasan.
- Pertahankan lingkungan yang tenang dengan meminimalkan stimulasi. Usahakan perawatan dan prosedur tidak menggaggu waktu istirahat. Cemas berkurang oleh meningkatkan relaksasi dan pengawetan energi yang digunakan.
- Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi. Memberi kesempatan untuk pasien untuk mengendalikan kecemasannya dan merasakan sendiri dari pengontrolannya.
- Identifikasi persepsi pasien dari pengobatan yang dilakukan. Menolong mengenali asal kecemasan/ketakutan yang dialami
- Dorong pasien untuk mengekspresikan kecemasannya.
Langkah awal dalam mengendalikan perasaan-perasaan yang teridentifikasi dan terekspresi.
- Membantu menerima situsi dan hal tersebut harus ditanggulanginya.
Menerima stress yang sedang dialami tanpa denial, bahwa segalanya akan menjadi lebih baik.
- Sediakan informasi tentang keadaan yang sedang dialaminya.
Menolong pasien untuk menerima apa yang sedang terjadi dan dapat mengurangi kecemasan/ketakutan apa yang tidak diketahuinya. Penentraman hati yang palsu tidak menolong sebab tidak ada perawat maupun pasien tahu hasil akhir dari permasalahan itu.
- Identifikasi tehnik pasien yang digunakan sebelumnya untuk menanggulangi rasa cemas. Kemampuan yang dimiliki pasien akan meningkatkan sistem pengontrolan terhadap kecemasannya
> Kolaboratif
- Memberikan sedative sesuai indikasi dan monitor efek yang merugikan. Mungkin dibutuhkan untuk menolong dalam mengontrol kecemasan dan meningkatkan istirahat. Bagaimanapun juga efek samping seperti depresi pernafasan mungkin batas atau kontraindikasi penggunaan.
6. Defisit pengetahuan , mengenai kondisi , terafi yang dibutuhkan berhubungan dengan kurang informasi, salah presepsi dari informasi yang ditandai dengan mengajukan pertanyaan , menyatakan masalahnya.
Tujuan :
> Pasien dapat menerangkan hubungan antara proses penyakit dan terafi
> Menjelaskan secara verbal diet, pengobatan dan cara beraktivitas
> Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang membutuhkan perhatian medis
> Memformulasikan rencana untuk follow -up
Tindakan :
> Independen
- Berikan pembelajaran dari apa yang dibutuhkan pasien. Berikan informasi dengan jelas dan dimengerti. Kaji potensial untuk kerjasama dengan cara pengobatan di rumah. Meliputi hal yang dianjurkan.
Penyembuhan dari gagal nafas mungkin memerlukan perhatian, konsentrasi dan energi untuk menerima informasi baru. Ini meliputi tentang proses penyakit yang akan menjadi berat atau yang sedang mengalami penyembuhan.
- Sediakan informasi masalah penyebab dari penyakit yang sedang dialami pasien. ARDS adalah sebuah komplikasi dari penyakit lain, bukan merupakan diagnosa primer.
Pasien sering bingung oleh perkembangan itu, dalam k esehatan sistem respirasi sebelumnya.
- Instruksikan tindakan pencegahan, jika dibutuhkan. Diskusikan cara menghindari overexertion dan perlunya mempertahankan pola istirahat yang periodik. Hindari lingkungan yang dingin dan orang-orang terinfeksi. Pencegahan perlu dilakukan selama tahap penyembuhan. Hindari faktor yang disebabkan oleh lingkungan seperti merokok. Reaksi alergi atau infeksi yang mungkin terjadi untuk mencegah komplikasi berikutnya.
- Sediakan informasi baik secara verbal atau tulisan mengenai pengobatan misalnya: tujuan, efek samping, cara pemberian , dosis dan kapan diberikan. Merupakan instruksi bagi pasien untuk keamanan pengobatan dan cara-cara pengobatan dapat diikutinya.
- Kaji kembali konseling tentang nutrisi ; kebutuhan makanan tinggi kalori. Pasien dengan masalah respirasi yang berat biasanya kehilangan berat-badan dan anoreksia sehingga kebutuhan nutrisi meningkat untuk penyembuhan.
- Bimbing dalam melakukan aktivitas. Pasien harus menghindari kelelahan dan menyelingi waktu istirahat dengan aktivitas dengan tujuan meningkatkan stamina dan cegah hal yang membutuhkan oksigen yang banyak
- Demonstrasikan teknik adaptasi pernafasan dan cara untuk menghemat energi selama aktivitas. Kondisi yang lemah mungkin membuat kesulitan untuk pasien mengatur aktivitas yang sederhana.
- Diskusikan follow-up care misalnya kunjungan dokter, test fungsi sistem pernafasan dan tanda/gejala yang membutuhkan evaluasi/intervensi. Alasan mengerti dan butuh untuk follow up care sebaik dengan apa yang merupakan kebutuhan untuk meningkatkan partisipasi pasien dalam hal medis dan mungkin mempertinggi kerjasama dengan medis.
- Kaji rencana untuk mengunjungi pasien seperti kunjungan perawat
Mendukung selama periode penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007. HTTP://KEPERAWATAN-GUN.BLOGSPOT.COM/2007/07/ASUHAN-KEPERAWATAN-PADA-KLIEN-DENGAN_25.HTML15 APRIL2009.
Hudak, C.M dan Barbara M. Gallo. 1997. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC.
Santosa, B. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006 : definisi & Klasifikasi. Prima Medika
Smeltzer, S.C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddatrth. Jakarta : EGC.
Wilkinson, J.M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC Edisi 7. Jakarta : EGC